Sungguh
indah cerita Tsabit dan Sebuah Apel, banyak hikmah yang bisa kita petik dari
cerita ini. Akan sangat bermanfaat jika kita bisa mengambil hikmah tersebut dan
menerapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Hal
yang pertama adalah kejujuran.
Saat ini kejujuran begitu sulit ditemui. Kejujuran sudah menjadi barang langka,
jangankan untuk mengembalikan atau menghalalkan sepotong apel, uang triliunan
rupiah dibawa kabur sambil tidak ada niat untuk mengembalikannya. Atau untuk
hal-hal “kecil” seperti menggunakan aset kantor untuk keperluan pribadi,
sudahkah kita menghalankannya?
Yang
kedua ialah keshalihahan seorang muslimah sejati. Ini juga sudah langkah. Saat ini kita begitu sulitnya
menemukan seorang muslimah yang “buta, bisu, tuli, dan lumpuh” dari hal-hal
yang diharamkan oleh Allah. Mungkin ada, tetapi begitu sulit menemukannya.
Mungkin, bagi seorang laki-laki yang menginginkan muslimah seperti ini,
setidaknya harus memiliki kejujuran yang dimiliki oleh Tsabit.
Dan
yang ketiga ialah dampak dari sebuah transaksi dengan Allah. Tsabit setelah memakan setengah buah apel, terus mencari
pemiliknya meskipun harus menempuh perjalanan sehari semalam. Suatu dampak
akibat bertransaksi dengan Allah. Kemudian dia sanggup untuk menikahi anak
pemilik kebun meskipun dikatakan bahwa putrinya tersebut buta, tuli, bisu, dan
lumpuh.
Transaksi
dengan Allah akan memberikan motivasi luar biasa
kepada kita jika kita menyadari manfaatnya dari transaksi tersebut. yang jelas
jika kita bertransaksi dengan Allah, kita tidak akan pernah rugi seperti
dijelaskan dalam Al Quran,
Sesungguhnya
orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan
diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak
akan merugi,(QS. Al Fathir:29)
Sudahkah
kita melakukan transaksi dengan Allah? Sudah, bahkan sering
diulang-ulang agar kita terus ingat, yaitu saat kita mengucapkan 2 kalimah
syahadat.
Jika kita memahami makna dua kalimah syahadat tersebut, kita akan
tahu bahwa 2 kalimah tersebut adalah sebuah transaksi kehidupan kita dengan
Allah yang sangat besar, melebihi transaksi kita di depan pengehulu, karena ini
merupakan transaksi seluruh kehidupan kita.
Namun
sayang, saya melihat banyak diantara umat Islam yang belum memahami makna
sebenarnya dan lengkap dari 2 kalimah sahabat, mungkin baru sampai artinya
saja, bahkan mungkin ada juga yang belum tahu artinya, dan yang paling parah,
masih banyak yang membacanya saja masih salah. Mungkin inilah yang membuat
motivasi bangsa ini begitu lemah, jangankan untuk berkontribusi kepada umat
sebagai rahmatan lil’alamin, bahkan untuk diri sendirinya saja masih kurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar