REMNIKA

REMNIKA
Remaja Masjid Jami Nurul Ilham Kassi

Sabtu, 17 Maret 2012

Pemuda Masjid Dalam Membangun Kepemimpinan Dan Peradaban

Oleh : Ir. H. Muchayat Salam
Deputy Meneg BUMN/Ketua Dewan Pembina DPP FSPRMI
“Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya”.(Hasan Al-Banna)
Awal tahun baru 1430 Hijriyah kita dihadapkan pada tragedi kemanusiaan Gaza Palestina, dimana Israel mempertontonkan kekejamannya kepada dunia. Saat tulisan ini dibuat, televisi al-Jazeera memberitakan Israel masih menggempur Palestina dan menelan korban masyarakat sipil Palestina lebih dari 875 jiwa dan ribuan lainnya terluka. Banyak diantara korbannya adalah anak-anak dan kaum wanita. Sebuah tindakan yang jauh berbeda dengan makna hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah yang kemudian membangun kontrak perdamaian antara Islam, Nasrani dan Yahudi untuk hidup dalam kedamaian.
Saat bersamaan, di berbagai daerah di Indonesia mendapatkan musibah bencana alam seperti banjir, gempa bumi di Manokwari dan Sorong, dan beberapa daerah lainnya. Korban berjatuhan, tidak hanya nyawa, tetapi juga harta benda yang tidak sedikit. Kondisi ini menitikkan air mata, karena menambah kegetiran rakyat disaat kita bersama-sama untuk keluar dari krisis multidimensi yang berkepanjangan ini.
Dalam keadaan demikian, masyarakat Islam harus bersatu padu tidak hanya membangun solidaritas, tetapi juga bersatu dalam satu barisan untuk menjadi bagian dari agen peradaban dunia. Sebuah peradaban yang pernah diletakkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah kedamaian dan tanpa darah yang dicatat dalam tinta emas sejarah dunia dan mampu bertahan berabad-abad lamanya.
Kini peradaban yang didulang umat Islam tidak lagi segemilang dahulu. Umat Islam belum bisa menjadi bagian dari faktor kemajuan dunia dengan peradaban yang maju. Di berbagai belahan dunia, umat Islam terpuruk. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia saat ini nyaris kontribusi Islam masih minim, walau khasanah kemajuan abad ini tidak lepas dari jejak peninggalan peradaban Islam masa lampau.
Tetapi yang kita bicarakan adalah Islam saat ini, bukan Islam masa lampau, yang menjadi tugas umat untuk membangkitkan nilai-nilai yang diwariskan Nabi Muhammad SAW kepada kita. Ungkapan ini bukan nada pesimis, bukan pula menafikan perkembangan intelektual Islam kontemporer, melainkan menegaskan bahwa langkah kita belum sebanding dengan tinta emas kepemimpinan peradaban Islam dalam sejarah masa lampau. Apa prestasi yang kita torehkan sebagai generasi Islam untuk kemajuan peradaban kemanusiaan saat ini ?
Kemiskinan dan kebodohan menjadi persoalan mendasar umat Islam. Satu miliar lebih jumlah umat Islam di dunia, tapi kita justru masih menjadi buih. Layaknya buih yang jumlahnya banyak, kita hanya menjadi bagian dari ombak yang tidak memberikan pengaruh bagi pergeseran karang peradaban dunia. Sebuah fenomena yang sudah diwanti-wanti oleh Rasululah SAW berabad-abad lalu ini, kini sudah terjadi. Kita belum mampu berbuat leih banyak untuk melindungi diri sendiri.
Lihat, bagaimana masyarakat Islam di Palestina diobok-obok oleh Israel, kemiskinan dan kebodohan di belahan negara yang mayoritas Islam, termasuk Indonesia. Tentu semua itu tidak dapat direspons secara emosional dengan kekerasan. Seharusnya tragedi ini menjadi titik balik kita untuk menyikapinya dengan pemikiran scientific yang berparadigma pengetahuan. Bukankah kepemimpinan Islam dalam peradaban dunia dibangun di atas ilmu pengetahuan?
Dalam konteks inilah, pemuda masjid nusantara menjadi penting dan strategis berupaya meletakkan kembali fungsi masjid sebagai pusat transformasi kepemimpinan dan peradaban Islam. Masjid yang selama ini hanya difungsikan sebagai tempat ibadah mahdhoh saja, harus difungsikan dalam skala yang lebih luas sebagaimana Rasulullah SAW dahulu. Masjid dapat dijadikan sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan peradaban umat. Sebagaimana digariskan Allah SWT di dalam al-Qur’an surat At-Taubah ayat 18 :
”Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ia orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Pemuda Harapan Bangsa
Dalam perspektif Islam, pemuda merupakan tulang punggung kebangkitan atau kemunduruan Islam. Bila mereka bangkit dan produktif serta mewarnai kehidupan masyarakat maka Islam akan menuai kejayaan, atau sebaliknya. Oleh karena itu, pemberdayaan pemuda Islam menjadi keniscayaan yang sangat strategis.
Pada jati diri para pemuda melekat nurani yang menyala, perasaan yang menggelora, dan kemauan yang sangat kuat untuk melakukan perubahan. Untuk itu, para pemuda harus memiliki keteguhan prinsip, dalam perspektif Islam, satu kesatuan iman, Islam, amal, dan ikhlas merupakan prinsip esensial pengejawantahan misi rahmatan lil ’alamiin di bumi nusantara tercinta.
Pemuda memiliki kekuatan yang besar dalam diri mereka. Menurut Musthofa Muhammad Thahan, paling tidak terdapat empat aspek kekuatan  dalam diri pemuda, yaitu ;
Pertama, aspek pembebasan dan kemerdekaan. Pemuda memiliki kemampuan, tekad, keberanian, dan kesabaran mengahadapi tantangan, menghalau rintangan, dan mengangkat bendera kejayaannya.
Kedua, aspek pemikiran dan pembentukannya. Pemuda Islam harus memiliki keteguhan moral, cerdas, dan produktif dalam mengarungi kehidupan bermasyarakat. Shahabat Rasulullah SAW, Mush’ab bin Umair merupakan refleksi sejati pemuda pembangun bangsa. Dia memiliki integritas moral dan kecerdasan yang tinggi. Sebuah pernyataan jenius dia lontarkan saat ditanya oleh Rasulullah SAW, tentang bagaimana dia akan menjalankan tugas di Yatsrib (Madinah). ”Dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan jika tidak aku dapati pada keduanya, maka aku akan berijtihad ”, jawab Mush’ab tenang. Dan Rasulullah pun mempercayainya untuk sebuah tugas yang tidak mudah yang belum tentu orang-orang yang lebih tua bisa melakukannya. Wafatnya pun dalam keadaan mendekap panji-panji yang diamanahkan Rasulullah SAW, walau harus dengan pangkal kedua tangannya yang telah putus, beliau syahid di medan Uhud dan Rasulullah SAW ikut menangisinya.
Ketiga, aspek Iman dan Amal. Iman yang diam akan kehilangan dinamika dan tidak ada harganya, sedangkan keimanan pemuda selalu memunculkan energi tersembunyi yang besar dalam bentuk gerakan membina umat.
Keempat, aspek perubahan. Pemuda adalah agen dan pelopor perubahan. Pemuda memiliki kekuatan jiwa yang besar, maka perubahan yang dilakukannya pun besar. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-qur’an surat Ar-ra’d ayat 11; ”Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka berusaha merubah nasibnya sendiri”. Disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi ayat 10, “(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung di dalam gua lalu mereka berdo’a : ”Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”.
Zaman terus bergerak,  pemuda harus memiliki pikiran baru, jiwa baru dan semangat baru. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pikiran baru membuat pemuda belajar dan selalu memperkaya wawasan seluas-luasnya. Jiwa baru mengawali sebuah kematangan setelah menghadapi benturan-benturan tantangan dan menyelesaikannya dengan semangat. Kepeloporan dan peran pemuda harus menonjol di segala aspek kehidupan.
Pemuda dan Kemakmuran Masjid
Masjid sebagai tempat berkomunikasi dengan sang ‘Khalik’, menyebarkan risalah Islam, dan tempat perjuangan wujudkan rahmatan lil ’alamin. Para pemuda, disamping harus berani mengungkapkan kebenaran bahwa Islam adalah  cahaya illahi (nur illahiah) untuk keluar dari jalan kegelapan , juga harus menyiapkan diri serta berjuang menggapai ketentraman, keadilan, serta kesejahteraan dirinya dan masyarakat, baik di dunia maupun di akhirat.
Masjid sebagai pusat kehidupan masyarakat sebagaimana di zaman Rasulullah SAW saat ini telah bergeser hanya sebagai pelengkap ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Pemuda harus menjadi garda depan upaya memakmurkan masjid.
Kemakmuran masjid bukan hanya dalam perspektif ibadah mahdoh saja,  namun juga dalam perpektif pemberdayaan kehidupan masyarakat. Kemakmuran masjid musti melahirkan pemimpin yang adil, peduli terhadap kehidupan masyarakat, menautkan hatinya selalu dengan masjid serta pusat peradaban ummat. Pemuda harus menjadi manusia yang akan mendapatkan naungan dari Allah SWT, baik di dunia dan di akhirat.
Sebagaimana telah dicontohkan shahabat Rasulullah SAW, Mush’ab bin Umair di atas, kita dapat menggali dan merefleksikan pada diri kita dengan situasi dan kondisi yang berbeda agar para pemuda mampu memakmurkan masjid dan merajut kembali kejayaan peradaban Islam.
Untuk itu, pemuda Indonesia khusunya pemuda Islam harus memiliki daya inovasi dan kreatifitas dalam menjalani kehidupan di masyarakat sehingga mereka memiliki kompetensi, produktiftas, dan daya saing. Dengan bekal tersebut, pemuda akan menjadi manusia profesional dan mandiri yang merupakan determinasi kejayaan peradaban Islam dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Selamat berjuang dan berkiprah wahai para pemuda Indonesia, umat islam dan bumi pertiwi menunggumu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar