REMNIKA

REMNIKA
Remaja Masjid Jami Nurul Ilham Kassi

Rabu, 23 Mei 2012

Chelsea FC Jura Liga Champions 2012

Sembilan tahun lalu, seorang pahlawan bernama Roman Abramovich menyelamatkan Chelsea yang kala itu dililit krisis keuangan. Tidak hanya membeli klub seharga 140 juta poundsterling, miliuner Rusia rela membelanjakan lebih dari 100 juta poundsterling pada musim pertama, hanya demi merasakan nikmatnya gelar juara.
Musim panas 2004, setahun setelah King Roman berkuasa. Abramovich mencari seorang manajer baru, dan sekian pemain bintang dari liga elite Eropa. Dicomotnya Jose Mourinho dari Porto. Satu hal paling penting, dibelinya Petr Cech (kala itu belum genap 22 tahun) dari Rennes seharga 7,1 juta poundsterling. Selang belasan hari, penyerang maut Marseille, Didier Drogba (kala itu 26 tahun) dengan tebusan 24 juta poundsterling.


Keduanya bergabung dengan John Terry (saat itu belum genap 24 tahun) jebolan Chelsea junior; danFrank Lampard (26 tahun) yang 3 tahun sebelumnya diboyong dari West Ham United. Keempat pemain kunci inilah yang membawa The Blues meraih juara Liga Inggris pertama dalam 50 tahun terakhir, pada ujung musim tersebut.
Ditambah Ashley Cole yang hadir pada musim panas 2006, lengkaplah lima pilar yang mewarnai perjalanan The Blues meraih trofi demi trofi untuk membuat King Roman bertepuk tangan kegirangan.
Namun, sembilan tahun berlalu, belanja Roman Abramovich tak jua menghasilkan gelar Liga Champions. Pasca perginya Jose Mourinho, pasukan Chelsea, terutama empat dari lima pilar utama —minus Petr Cech—  berubah menjadi penguasa ruang ganti. Luiz Felipe Scolari, pelatih yang sempat menukangi The Blues, menyebut kariernya di Stamford Bridge bagai berada di neraka.
Dominasi John Terry, Frank Lampard, Ashley Cole, dan Didier Drogba yang senantiasa dipayungi King Roman, membuat para pemain lebih berkuasa daripada manajer. Hal yang membuat Carlo Ancelotti sempat mengalami masa-masa tak menyenangkan, puasa bicara dengan Terry dan Lampard beberapa bulan.
Sejak musim 2009-10 kala mereka meraup gelar Premier League, generasi emas Chelsea sudah mengeropos. King Roman tahu hal itu, dan awal musim ini didatangkanlah seorang manajer muda bernama Andre Villas-Boas.
Sempat membawa The Blues tampil terkonsep di awal musim, akhirnya AVB kembali terbakar oleh panasnya ruang ganti. Kedisiplinan sang manajer yang terlalu berlebihan dan keberanian AVB membangkucadangkan Frank Lampard membuat kuartet penting kegerahan. Pengaruh mereka kembali terlihat. The Blues bagaikan klub yang tak tahu cara bermain sepakbola pada masa-masa menjelang AVB dibuang.


Begitu Roberto Di Matteo dipilih sebagai caretaker sementara, keadaan berubah. Empat pemain tua melunak dengan pendekatan mantan pemain The Blues, dan Chelsea kembali tampil sebagai pemenang. Barcelona disikat, Liverpool ditumbangkan di Piala FA, dan terakhir Bayern Muenchen ditekuk dalam drama adu penalti untuk memboyong gelar Liga Champions yang selama ini hanya ada di khayalan Roman Abramovich.
Satu yang harus disadari The Blues, musim depan, kejadian tak akan sama lagi. John Terry akan berusia 33 tahun di akhir kompetisi mendatang. Frank Lampard, 34 tahun, dan Ashley Cole 32 tahun. Para pemain pilar ini memang sudah memberikan yang terbaik dalam sembilan tahun terakhir. Namun, bukan berarti harus senantiasa mendapatkan porsi utama.


Peremajaan klub yang sempat terhenti sejak pertengahan musim, harus kembali dihidupkan, dan para penguasa ruang ganti, harus mulai memahami usia mereka yang terus menua. Jika tidak ada perubahan berarti, dan generasi emas yang sudah lewat masanya tetap memegang peranan penting, sulit membayangkan apa yang terjadi pada The Blues di tahun-tahun mendatang.
Sebelum masa itu tiba, acungan lima jempol tetap layak diberikan kepada John Terry, Frank Lampard, Ashley Cole, dan Didier Drogba—para penggerak mimpi The Blues di dekade awal kerajaan Roman Abramovich—.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar